Monday, September 30, 2013

Licik

Mungkin kelicikan sesuatu yang built-in dengan diri saya. Haha, saya begitu tanpa hati, kejam, semacam itu. Bagaimana bisa bersemayam dua kekhusyukan dalam satu hati? Bagaimana bisa bertemu dua aliran dalam satu bayangan? Bagaimana bisa berpikir sentrifugal, menarik luaran, gaya-gaya sampingan. Ah, ini rumit.

Kelicikan mungkin memang sesuatu yang semacam itu. saat saya ikrarkan dua kekhusyukan dalam satu hati, atau dua kepahaman dengan arogansi strata, juga reposisi luaran dari beberapa organ fikroh yang terdalam. Karena hikmah dalam ayat-ayat kauniyahNya begitu luas membentang.

Saya tidak berani, selebihnya, sebenarnya. Benar bilang pada saat itu, maaf, saya lebih bisa jadi jundi yang tho'at daripada teman sebaya yang komunikatif. Maaf, saya lebih bisa, jadi qaadah yang penuh strategi daripada sebaya yang begitu penyayang. Sebab menerobos itu lebih sederhana daripada meloncati tebing-tebing. Tebing perasaanmu, shohabati. Sebab keras itu lebih mudah dari menjaga nada bicara, bagiku, shohabati.

Aku balik lagi jadi mangsa raja-raja yang gila. Sebentar-sebentar menenggelamkan. Sebentar-sebentar merengek minta makan. Lapar katanya, mau ditinggal kasihan, dikasihani, jadi peninggalan.

Kelicikan itu ibarat tenun jerami. Ibarat konfigurasi. Ibarat aku meninggalkanmu kala sendiri.

Friday, September 20, 2013

Real Steel (not-a-real-REVIEW-at-all :)

Bismillah

Wew, agak canggung sebenernya nulis di blog kali ini. Oke kita bawa asik aja, yak, haha, soalnya kata beberapa orang terdekat, gue jarang asikin hidup. Hmm... ga juga sih :p

Tulisan ini gue rencanakan untuk mengulas salahsatu film favorit gue. Real Steel. :)
Hihi, jarang banget loh, jujur, gue nulis sebuah review. Jadi ini insyaAllah emang, yaa... jarang.. hhaha, jarang banget. Udah. Gitu aja. #geje

Oke, Real Steel tuh film Disney keluaran 2011 dan pertama kali dilaunching di Australia tanggal 6 Oktober 2011, yang ngambil Atlanta dan tahun 2020 sebagai latar utamanya. Intinya, di zaman itu, udah ga ada manusia yang jadi petinju. Semua kejuaraan tinju diambil alih sama robot. Main actor, Hugh Jackman (as Charlie Kenton) sebagai seorang mantan petinju juga terus ngikut kehidupan pertinjuan robot itu, dengan robot andalannya, Ambush.

Singkat cerita, sebenernnya yang sangat menarik dan bikin gue suka banget sama plot film ini bukan tentang Charlie-nya. Tapi soal keberadaan main actor lainnya, Dakota Goyo, yang meranin tokoh anaknya Charlie, Max Kenton. Imut banget anaknya, udah gitu, emang di film ini, Goyo look smart abis dan punya strong character yang cool banerr.

The real line story is.... Charlie dan Max sebagai ayah-anak baru bertemu setelah umur Max 11 tahun. Setelah Caroline Fallon, ibunya Max, mantan istrinya Charlie wafat. Gue agak males sebenernya nyeritain bagian ini, abis rempong banget, haha. Next is, Max menurut pengadilan, jadi wajib asuh bibi (adik almh ibunya) dan pamannya, Debra dan Marvin, tapi dengan tipudaya ayahnya, Marvin yang kaya itu membeli jasa asuh Charlie untuk sekian minggu selama ia dan Debra ke Italia. Singkatnya, Max akhirnya harus ikut ayahnya - yang udah dapet bayaran US$ 5000 dari Marvin - yang cuma seorang petinju Robot kelas bawah plus lagi bangkrut karena Ambush kalah waktu lawan banteng.

Haha, sori ya, kalau kalian yang lagi baca ini jadi gagal paham. Penulis memang agak some disturbing system gitu ya, untuk membahasakan kisah dengan lebih lunak lagi. Heehee.. #keeptryin

Kita pake perspek puzzling aja ngobrolnya yak, hhoo, jadi gue nggak akan ngulang nyeritain plotnya disini, ehm, gue bakal cerita aja bagian-bagian yang recommended to see. :D

Gue terharu banget sama setting Max dan Charlie lagi di pabrik robot buat nyuri bagian2 robot rakitan, setelah robot terbaru mereka yang dibeli seharga US$ 5000 - namanya Noisy Boy - ancur pas ngelawan Midas. Saat itu mereka udah nggak punya uang lagi, so emang udah nggak punya modal buat melanjutkan hidup lewat ngerobot. #apasih hhaaha

Intinya, gitu sih, Adegan menegangkan banget waktu Max jatoh ke tebing dan nyangkut di sebuah tangan robot generasi kedua (generasi lama, ceritanya). Hmm... berasa banget conditioning latar ayah-anaknya, tambah tampang takut-takutnya Dakota Goyo yang khas anak kecil banget waktu dicommand ngereaching tanga ayahnya tanpa try to see the under, gue... suka banget bagian ini, hehee..

Yang paling seru, di plot selanjutnya, strong characternnya Goyo nampil banget pas dia semacam silang pendapat sama ayahnya dan bersikeras ngangkut "tangan robot dan keseluruhanya" yang dianggepnya udah nolongin dia supaya ga jatuh. haha.. Ada banget dialog tajam yang bikin ketawa,

Max : Charlie, I thought there was a robot here,, (setelah lakon mata bulat terpana pas ngeliat baju robot di bawah tanah)
Charlie : So what? Lets Go, Come on, I was said it dangerous before !
Max : I'm take it with me. He save my life.
Charlie : He did not ! I-save-your-life. Lets Go !

Haha, dialog dua orang keras kepala. Bukannya manyun dan ikut gandengan ayahnya yang udah kayak tanpa hati ninggalin, Goyo (Max) malah "ngatur" Charlie (Jackman) untuk ninggalin troly mereka aja, supaya dia bisa bawa pulang tuh kerangka robot yang dianggapnya udah nolongin hidupnya. Sumpah, adaaa apa ya anak sekeras itu kemauannya *dlmhalpandangan* jaman sekarang, ah, gue belom pernah nemu. Kebanyakan anak-anak jaman sekarang mah pada cengeng, demennya nonton senetron maennya di sekolah "pacar-pacaran" maka terlahirlah generasi genit yang mengerikan kayak senior2 gue di kampus #ups. Rusak, dah, rusak, *lohkokjadikesini* :D

Dan... ternyata robot "sampahan" itu yang jadi keberuntungan plot mereka selanjutnya. Nama robotnya, Atom. Si atom ini ternyata tipe robot sparing yang auxalary di zaman robot tinju generasi kedua (gatau ya maksudnya di sutradara itu settingnya udah zama robot generasi keberapa ahaha).

Karena Atom ternyata punya kemampuan hear-and-echoes hmm... sederhananya, copas... hihi, maklum. Jadi dia bisa ngikutin gerakan objek yang di depannya, yang kena radar sensor kerobotannya gitu kali ya, #ngarang ahaha, ga ngerti gue sistem kayak gitu gimana logikanya yak, elo ngerti? ga juga kan yeyeyee :D

Oke, puzzle part kedua, adegan waktu Max jadi "orang pinggiran" waktu iring-iringan 'Zeus' keluar WRB (World Robot Boxing). Lakon mata bulatnya Max yang tersepona keluar lagi, tapi lebih shiny gitu, lebih condong ke karakter "pengamat yang cerdas dan terkagum". Lucu banget bagian Max bilang, "Sweet..." pake tendens amrik yang all-out.

Oia, sampe lupa, :) Zeus itu robot yang lagi "dewa" banget saat itu, dan semua acting max tadi dilakukan pas momen tim robotic Zeus, si Farra Lemkova dan Tak Mashido diwawancarai kerumunan pers.

Ada juga part sedihnya, loh, waktu Atom lagi menghasilkan banyak uang, Max and his daddy, didatangin musuh lama the daddy. Hm, dipukulin lah the daddy and his Son crying beside him. Hoho... Ada plot dimana di dalam van, Charlie kayak merenung gitu sambil ngeliatin Max tidur. And guess what next ?

Ya ! Charlie khawatir sama keselamatan Max. And the next he sent his son to the nanny, Debra and Marvin. :'(

Dialog yang kerennya, waktu Max ngambek setelah tau dia dibalikin ke bibinya,

Charlie : Okay, fine, What'd you want from me?!
Max : I just want you fight for me. That's all I want to.

Hiks.

Ada dua hal yang parah abis, gue suka banget, waktu Max bikin deal sama orang-orang termasuk ayahnya sendiri. Ahahahaa... sumpah, smart child banget. Dan waktu dia bilang "your secret was save with me." ke ayahnya di ending film ini.

Huaaaaaaaaaaa.... I love this film so much, :)

Gue emang gak berencana nyeritain film ini all in and out kok, hihiii... buat yang penasarann, nonton aja sendiri yak, hehehe... Atau karena sanking ga gaulnya gue, udah pada nonton semua lagi, ya, hehe... Soalnya keseringannya gitu sih, ya, ---____________--- gue ga update. Maklum deh yak,

But, thats all I've to write, cuma buat ngasah kepekaan hati aja, sih, gue bisa kok, kagum sama karya orang. InsyaAllah, karena ayat-ayat kauniyahNya begitu luas membentang.

Friday, September 13, 2013

Rasa-rasanya

Rasa-rasanya, banyak hal yang belum tersampaikan. Semacam presisi dan model indikatorisasi. Berapa, sebanyak apa. Berapa, sebesar apa, secerah apa, atau mungkin, sedusta apa.

Rasa-rasanya kita harus lebih banyak merasakan, yang bukan presisi, tidak seperti yang hampir setiap saat saya lakukan. Sesekali kita harus mencoba bertarung dengan kepekaan. Bashiroh hati. Kekuatan mata hati.

Rasa-rasanya saya harus lebih banyak merasakan.

Saturday, September 7, 2013

Saya tidak suka

Saya tidak suka banyak hal
Juga kenyataan bahwa saya tidak menyukai banyak hal

Saya tidak suka banyak diatur
Juga kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan aturan

Oleh sebabnya saya berpikir untuk segera meninggalkan ketidaksukaan
Karena perlahan ia jadi mangsa raja-raja yang gila
Sebentar-sebentar menenggelamkan
Sebentar-sebentar merengek minta makan
Lapar katanya, mau ditinggal kasihan, dikasihani, jadi peninggalan

Saya tidak suka pementasan
Juga epilog yang lebay tanpa prolog yang mencerahkan

Bagi saya, lebih-lebih orang harus dibina dari awalan
Biar kuat karena kepahaman

Saya tidak suka gurauan bohong
Juga kenyataan bahwa semua kebohongan dan gurauan itu inti dunia

Makanya saya bersegera meninggalkan mereka
Karena perlahan mereka jadi resonansi faktual garis kebolehan
Sebentar-sebentar menyentak
Sebentar-sebentar ngambek sama diri sendiri
Gak suka katanya, ya gak suka aja, halal, ga ada urusan lagi ini

Kocak gitu
Saya tidak suka kocak sebegitunya

Itu kan, saya

Monday, September 2, 2013

Be a commander

This is my world. The dynamics.
This is the word I call to repose the things on me.

He said, I'm so Lucky because I know how to use some word describing I feel.
She said, I'm not that lucky because my line was on opposite.
They all a true

How could to be better?
How to be strong, tough, like a real qaadah?

How could to be dashing?
How could I be pronounce?
Not really on those assertive
but, a commander